Kurangnya edukasi Bunga Rafflesia sebagai flora dilindungi, membuat warga Bengkulu abai tentang pelestarian bunga langka ini. Sofian bersama KPPL hadir mengedukasi, sosialisasi dan aksi simpati kampanye konservasi “Save Rafflesia”.
Sebagai putra daerah Bengkulu hati Sofian resah saat mendapati tulisan di media menyebut bunga Rafflesia sebagai bunga bangkai. Padahal jelas salah. Bunga Rafflesia ya bunga Rafflesia, sedangkan bunga bangkai lebih familiar dengan nama bunga Kibut atau Amorphophallus titanum.
Dari sana ia menyadari masih banyak ketidaktahuan masyarakat mengenai bunga Rafflesia yang menjadi ikon Provinsi Bengkulu. Persepsi yang salah atas bunga Rafflesia jelas menimbulkan kesan yang negatif atas keberadaan puspa langka tersebut. Akibatnya tidak sedikit publik yang enggan meliriknya, padahal warga asing sangat mengagumi bunga yang tergolong langka dan dianggap sebagai fenomena alam.
Lebih mengesalkan lagi bagi Sofian, informasi tentang keberadaan bunga Rafflesia saat mekar. Media arus utama di Bengkulu, nyaris tak menyinggung soal puspa langka tersebut. “Jadi kalau bisa melihat Rafflesia mekar itu untung-untungan. Jika kebetulan melintas di kawasan hutan lindung Bukit Daun, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah ada Rafflesia yang mekar” tuturnya.
Bila ada Rafflesia yang mekar, warga setempat pasti akan memasang penanda, dan mengarahkan ke lokasi. Namun jangan terlalu berharap menemukan Rafflesia yang kelopaknya masih utuh. Pasalnya, selalu ada tangan-tangan jahil, yang membuat kelopak bunga raksasa itu rusak.
Padahal jika musim mekarnya tiba, Rafflesia mekar tidak hanya di satu lokasi itu saja. Provinsi Bengkulu merupakan daerah endemik Rafflesia. Mulai dari Kabupaten Mukomuko hingga Kaur sering kali silih berganti Rafflesia mekar dengan jenis berbeda-beda. Dari 27 jenis Rafflesia di dunia, 5 jenis ditemukan di Bengkulu. Yakni, Rafflesia arnoldii, Rafflesia gadutensis, Rafflesia hasseltii, Rafflesia bengkuluensis dan Rafflesia kemumu.
“Minim informasi, publik kurang teredukasi, ini menjadi alasan saya mengajak teman-teman membentuk komunitas peduli puspa langka. Sayang, ini kan ikonik bagi Provinsi Bengkulu,” kata Sofian.
Tanpa mengulur waktu, niat baiknya diwujudkan dengan membentuk Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) pada 18 Desember 2010. KPPL menjadi kumpulan orang yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian puspa langka di Provinsi Bengkulu yang berasal dari berbagai unsur elemen masyarakat, ragam usia, pendidikan dan disiplin ilmu, berdiri secara swadaya dan mandiri. Sofian didaulat sebagai ketua komunitas.
KPPL memulai gerakannya dengan memanfaatkan media sosial, facebook. Di akun tersebut, memuat informasi kapan dan dimana masyarakat dapat melihat bunga Rafflesia mekar.Jenis Rafflesia apa yang mekar. Apa saja yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan saat melihat Rafflesia mekar. Melalui media sosial, KPPL mulai melakukan edukasi dan kampanye konservasi seputar puspa langka.
KPPL juga menggandeng masyarakat setempat untuk bersama-sama menjaga setiap Rafflesia mekar. Tidak membiarkan pengunjung untuk merusak ketika mengabadikan foto. Termasuk menyisihkan sebagian sumbangan dari pengunjung untuk menjaga kelestarian Rafflesia. Pasalnya, ketika Rafflesia mekar kerap menjadi ajang pendapatan dadakan.
“Saat ini masyarakat sudah sadar dan mau bersama-sama menjaga kelestarian Rafflesia,” imbuhnya.
Selain edukasi dan sosialisasi, banyak hal yang sudah dilakukan Sofian bersama KPPL. Diantaranya melakukan aksi simpatik kampanye konservasi “Save Rafflesia” pada Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional serta ikut berpartisipasi pada event pameran lingkungan. KPPL juga melakukan pendataan dan mendokumentasikan puspa langka yang mekar, serta melakukan pembibitan tanaman inang Rafflesia dan Amorphophallus titanum di kawasan hutan yang ada di Provinsi Bengkulu.
“Semua kegiatan dilakukan swadaya, dengan pendanaan melalui jualan merchandise KPPL,” katanya.
Saat ini KPPL sudah memiliki kepengurusan yang tersebar di 9 kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu. KPPL juga mulai dilibatkan sebagai pembicara pada Lokakarya Nasional Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi (SRAK) Konservasi Rafflesia dan Amorphophallus, serta ikut berpartisipasi dalam penyusunan buku Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Rafflesiaceae 2015- 2025. Pada 29 November 2019, KPPL juga resmi menjadi anggota Forum Daerah Aliran Sungai Bengkulu periode 2019-2024 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor : N.511.DLHK Tahun 2019 tentang Pembentukan Forum DAS Bengkulu.
Menginjak tahun ke-11 bersama KPPL, konsistensi Sofian menjaga Rafflesia, tak diragukan. Masyarakat Bengkulu pun saat ini mengenal Sofian dengan nama Sofian Rafflesia. Semangat. Terus bergerak Sofian. (*)
DITERBITKAN OLEH PEJUANG IKLIM